EVI TRININGSIH DAN KEBANGKITAN PEREMPUAN DALAM DEMOKRASI
Lomba Menulis Esai “Literasi Demokrasi” yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Trenggalek sudah berakhir setelah pengumuman pemenang disiarkan di laman KPU Kabupaten Trenggalek kemarin (27/08/2020). Mulai kemarin hingga besok, tiga esai terbaik juga dimuat di Harian Radar Trenggalek (Jawa Pos Group) di halama palig depan bagian atas. Karya esai yang hari ini dimuat adalah Esai berjudul “Kebangkitan Perempuan dan Kesetaran Gender di Ruang Demokrasi Elektoral” yang ditulis seorang perempuan muda berparas cantik dari Desa Srabah Kecamatan Bendungan, Evi Triningsih. Ia adalah seorang guru SD yang ternyata juga aktif melakukan pendampingan literasi anak di sekolah. Perempuan ini juga pernah menjadi juara Lomba Menulis yang diadakan oleh lembaga lainnya, seperti Lomba Menulis Sejarah Desa yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Arsip. Evi lahir di Trenggalek, 13 Februari 1992. Saat ini ia beralamatkan di RT 04 RW 02 Desa Srabah Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Ia adalah lulusan MTsN Model Trenggalek, dan pada tahun 2010 lulus dari SMKN 1 Pogalan. Pada tahun 2014 ia lulus dari STKIP PGRI Trenggalek jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk bisa menjadi pegajar SD, manta bendahara Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Trenggalek ini masuk Universitas Terbuka jurusan PGSD dan lulus tahun 2017. Esai “Kebangkitan Perempuan dan Kesetaran Gender di Ruang Demokrasi Elektoral” yang mendapatkan juara II tersebut menarasikan partisipasi perempua dari perspektif sejarah, termasuk sejarah Perempuan di Indonesia. Ia mencatat bahwa hak pilih dan hak dipilih bagi perempuan adalah capaian gerakan perempuan. Jika saat ini kaum perempuan sudah ditempatkan setara dengan laki-laki dalam demokrasi elektoral seperti hak pilihnya dijamin sama halnya laki-laki, bahkan ada kuota 30% perempuan dalam pencalegan, dan munculnya para kepala daerah perempuan, hal itu adalah hasil perjuangan dan hasil gerakan. Esai itu juga menagih komitmen KPU agar terus menjamin agar kaum perempuan bisa berpartisipasi maksimal. Banyak hal yang masih perlu dijadikan “pekerjaan rumah” bagi penyelenggara dan pihak terkait untuk menjadikan kepentingan kaum perempuan bisa masuk dalam ruang demokrasi elektoral. [Zam]
Selengkapnya