PROSES PEMILIHAN KETUA OSIS MTsN KAMPAK, MINIATUR DEMOKRASI ELEKTORAL LEVEL NEGARA

Hari ini adalah puncak dari  kegiatan demokrasi sekolah yang dilaksanakan di MTsN Kampak. Setelah proses diklat Pemilihan Ketua OSIS oleh KPU  Trenggalek seminggu sebelumnya, lalu dilanjutkan dengan pembentukan panitia, penyampaian visi-misi para kandidat, maka hari inilah pemungutan suara dilakukan.

Pendampingan dari KPU Kabupaten Trenggalek hari ini juga dilakukan. Sejak pukul 08.30 empat orang personil dari KPU Kabupaten Trenggalek sudah  datang di MTsN Kampak. Mereka adalah Ketua KPU Kabupaten Trenggalek sendiri, Suripto, dan didampingi oleh Nurani Divisi Sumber Daya Manusia dan Partisipasi Masyarakat (SDM&Parmas), Nur Huda Divisi Keuangan dan Logistik, serta Atok Kris Supanto dari Staf Bagian Teknis da Hubungan Masyarakat.

Ketika personil KPU Kabupaten Trenggalek datang, proses pemungutan suara sudah  berjalan. Pelaksanaan pemungutan dilakukan di Aula madrasah. Di depan dua pintu, tampak para aktivis Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang juga terdiri dari anak-anak sendiri. Sedang di dalam para panitia yang bercirikan baju dengan memakai tambahan bawahan pakai sewek dan di kepalanya terbalut udeng-udeng sedang sibuk melayani kegiatan pendaftaran pemilih, pemberian surat suara, mengawal bilik siara, dan menunggu kotak suara. Dua kotak suara di letakkan di tengah. Itu adalah kotak suara yang mereka pinjam dari KPU Kabupaten Trenggalek.

Menurut Nurani Divisi SDM&Parmas KPU Kabupaten Trenggalek, secara umum proses dan tahapan pemilihan tersebut sudah baik. Menurutnya, niat baik untuk mengadakan kegiatan seperti ini merupakan pembinaan mental yang cukup penting bagi para siswa-siswi agar nantinya  mereka terbiasa dengan nilai dan praktek demokrasi pada  kehidupan masyarakat. “Ini adalah miniatur demokrasi elektoral di sekolah di mana kedaulatan warga sekolah terutama  para siswa-siswi di bidang demokrasi dijamin dengan  prosedur yang sudah demokratis”, kata Nurani.

Tapi, Nurani mencatat, memang masih ada beberapa hal  yang masih bisa didorong pada proses yang lebih ideal. Misalnya, saat pemungutan dan penghitungan suara juga ada saksi dan pengawas. “Tapi, untuk ukuran demokrasi yang tak sama dengan demokrasi pada kehidupa politik di luar sekolah, kecurangan hampir tidak akan terjadi karena anak-anak juga tak punya naluri ke sana dan guru-guru juga menyadari bahwa ini adalah proses pembelajaran, bukan perebutan kekuasaan yang harus dikawal dengan tahapan dan aturan yang ketat”, papar pria berkepala botak ini.  [Hupmas]

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 33 Kali.