LITERASI DEMOKRASI MELALUI BUKU SASTRA BERTEMA PEMILU 2019 OLEH RELASI TRENGGALEK
Relawan Demokrasi Trenggalek (RDT) bentukan KPU Kabupaten Trenggalek tampaknya memang lain daripada yang lain. Mereka mencoba mengakhiri masa tugas relawan demokrasi dengan menerbitkan karya berupa tulisan yang merupakan hasil workshop dan bimbingan menulis di grup WA yang dilakukan selama masa kerja sejak Februari hingga 14 April 2019.
Karya sastra itu kemudian dibukukan dan diberi judul “Matinya Golput”—yang diambil dari salah satu judul cerpen karya Latifah dari SMAN 1 Trenggalek yang merupakan seorang Pemilih Pemula yang menjadi peserta kegiatan Relawan Demokrasi. Inisiatif pengerjaan buku ini datang dari beberapa Relawan Demokrasi yang kebetulan aktif di komunitas literasi yang direkrut oleh KPU Kabupaten Trenggalek.
Sebagaimana dikatakan Komisioner KPU Kabupaten Trenggalek yang membimbing Relawan Demokrasi, inisiatif tersebut lalu oleh KPU Kabupaten difasilitasi penerbitannya. Karya yang terkirim lalu diedit dan dicetak sebagai sebuah karya sastra, dengan Cerita Pendek (Cerpen) sebagai bentuk karya sastranya.
Nurani menegaskan bahwa kegiatan ini sesuai dengan apa yang diatur dalam Peraturan KPU. Buku adalah media kreasi, apalagi buku sastra (cerita pendek) yang bisa dijadikan sebagai media kreasi untuk sosialisasi dan pendidikan pemilih. Menurut Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2018 Pasal 9, Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dalam Pemilu bisa dilaksanakan salah satunya dengan Media Kreasi. “Di PKPU tersebut dikatakan bahwa salah satu media kreasi, sebagaimana diperjelas dalam Pasal 13, salah satunya adalah seni sastra”, tegasnya.
Ditambahkan bahwa buku kumpulan cerita pendek (cerpen) yang diberi judul “Matinya Golput” ini menandai sebuah terobosan sosialisasi berbasis literasi yang selama ini jarang dilakukan. Isi tulisan (cerita) dalam buku tersebut secara umum adalah mengajak masyarakat untuk berpikir optimis dan positif terhadap pelaksanaan Pemilu 2019. Ajakan untuk tidak golput, kampanye menolak politik uang, seputar pencalonan, hingga kejadian di TPS menjadi latar cerita. Gambara riil masyarakat terkait dengan demokrasi elektoral mampu di potret secara bagus dalam buku ini. “Harapan-harapan untuk menghadirkan demokrasi yang lebih baik dan berkualitas baik dalam konteks karakter pemilih, calon, dan penyelenggara juga muncul dalam tulisan-tulisan ini”, kata Nurani. [Hupmas]