
Ketua KPU Trenggalek Hadiri FGD Program K2C
Untuk mewujudkan gagasan terbentuknya Prigi sebagai Kota Maritim, Badan pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (BPIW-Kementerian PUPR) melalui Bappeda Trenggalek menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) program K2C (Kota Kompak Cerdas) pada hari Selasa (14/6/2016 bertempat di Ruang Gayatri Hotel Hayam Wuruk. Agenda ini terselenggara sebagai bentuk fasilitasi terhadap Surat Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan Kementerian PUPR Nomor UM 02.06-WK/186 tertanggal 26 Mei 2016 dengan pemateri Ir. Nirwono Joga, MLA selaku konsultan Tim pendamping dari BPIW-Kementerian PUPR.
Rangkaian kegiatan yang dilanjutkan dengan acara buka puasa bersama ini diikuti oleh stakeholder kunci sebanyak 28 peserta. Disamping Ketua KPU Trenggalek tampak hadir Anggota DPRD Trenggalek Daerah Pemilihan 2 asal Watulimo (Drs. H.Syamsuri, MSi/Golkar, Bambang Sutopo, SE/PDIP, Dra. Jumiati/PKB, Imam Basuki, S.Sos), Kepala SKPD terkait (BPKAD, Dinas PU Perkimsih, Dinas PU Binamarga dn Pengairan, Dinas Paripora, Dinas Hubkominfo, Kantor LH, Kabag Administrasi Pemerintahan Setda), Muspika Watulimo, Kasi Ekbang Kec Watulimo, Polairud, PPN Prigi, BBUG, Kades Prigi, Kades Karanggandu, Kades Tasik Madu, Ketua Prigi Fest, dan Ketua Pokdarwis Watulimo.
Dalam Sambutannya, Ir. Paulus Dwi SPN Kabid Perencanaan Fisik dan Prasarana Bappeda Trenggalek mengatakan bahwa program ini adalah implementasi dari tupoksi kebijakan RTRWN, RPJMN dan renstra Kementerian PUPR, Pusat pengembangan Kawasan Perkotaan tahun 2016. Program tersebut menurutnya berupa Kota kompak dan Cerdas (K2C) yang tersebar di 8 Kabupaten/ Kota, yaitu: di Jawa (Prigi-Trenggalek dan Kota Salatiga), Bali-Nusatenggara (Kota Kupang), Wilayah Timur (Kota Ambon), Sulawesi (Kota Bau-Bau), Kalimantan (Kota Banjarmasin), dan Sumatera (Kota Banda Aceh dan Kota Padang). Terpilihnya Prigi sebagai kawasan yang dijadikan program pengembangan K2C, maka di Trenggalek nantinya akan ada tiga embrio kota baru yang sangat strategis yakni Prigi-Watulimo sebagai Kota Maritim, Kecamatan Panggul sebagai Kota Jasa dan Perdagangan dan Kecamatan Trenggalek sebagai pusat pemerintahan, tegas Paulus.
Kemudian acara dilanjutkan dengan paparan Ir. Nirwono Joga, MLA dari Tim Pendamping K2C dari BPIW (Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah) Kementerian PU-PR yang dipandu secara langsung oleh Paulus Dwi SPN. Dalam menyampaikan paparannya sebagai pemantik diskusi Joga menjelaskan bahwa pengembangan K2C setidak-tidaknya harus mengacu pada 8 atribut yang menjadi tolak ukur sebuah pengembangan kawasan compact and smart city, yaitu: perencanaan pembangunan yang cerdas (smart development planning), ruang terbuka hijau yang cerdas (smart green open space), transportasi yang cerdas (smart transportation), pengelolaan air limbah yang cerdas (smart waste management), tata air yang cerdas (smart water management), bangunan yang cerdas (smart building), energi yang cerdas (smart energy), dan masyarakat yang cerdas (smart community).
Kedelapan atribut tersebut menurut pria yang pernah menjalani pendidikan dasarnya di SD Pertiwi Ngantru Trenggalek ini merupakan bentuk adopsi dari konsep pengembangan green city. Selesainya narasumber menyampaikan paparanya, peserta diminta untuk menyampaikan tiga hal secara tertulis yang berkaitan dengan masalah-masalah, harapan-harapan, dan larangan-larangan yang dipandu oleh moderator. Kemudian moderator juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengeksplorasi terhadap apa yang menjadi pokok-pokok pikirannya tentang rencana program K2C sebagai bahan masukan untuk menyusun perencanakan yang lebih matang dan tidak menimbulkan persoalan dikemudian hari.
Ketika ditunjuk moderator untuk memaparkan hasil eksplorasinya secara tertulis, Suripto Ketua KPU Trenggalek mendapatkan giliran menyampaikan pokok-pokok pikiran yang berkaitan dengan harapan-harapanannya program K2C di Prigi-Watulimo. Dalam membacakan hasil analisisnya Ripto berharap agar pembangunan Kota Kompak Cerdas nanti harus ramah lingkungan, berkelanjutan, tidak menghilangkan local wisdom, tidak menggusur, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Karena selama ini banyak pembangunan yang dari sisi konsepnya bagus tapi ujung-ujungnya justru menimbulkan persoalan baru di masyarakat seperti masalah lingkungan, penggusuran, berorientasi jangka pendek (project oriented) dan tidak jarang yang memarginalkan masyarakat setempat yang pada gilirannya justru mempertajam jurang pemisah antara si-kaya dan si-miskin, pungkas Ripto.