SELI MUNA ANDRIANI AKTIVIS FORUM PEREMPUAN FILSAFAT IAIN TULUNGAGUNG TENTANG PEMILU 2019 DI TRENGGALEK: PILIHAN PEREMPUAN TAK HARUS SAMA DENGAN SUAMI
TRENGGALEK, 11/02/2019— Kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih (sosdiklih) tentang Pemilu serentak 2019 yang digelar di Balai Desa Ngembel Kecamatan Watulimo Trenggalek oleh Relawan Demokrasi Trenggalek senin lalu cukup kaya dalam memberikan wawasan pada kaum perempuan desa terkait peran politik perempuan dalam Pemilu.
Salah satu narasumber pada acara sosialisasi ini adalah Seli Muna Andriani, S. Ag, koordinator SDM dan Intelektual di FPF (Forum Perempuan Filsafat) IAIN Tulungagung. Dalam materinya yang bertajuk “Penguatan Peran Perempuan Dalam Pembangunan Daerah Pedesaan dan Hak Pilih Perempuan Pada Pemilu 2019”, perempuan muda asli Blitar ini menjelaskan mengapa peran perempuan itu sangat penting dalam pembangunan. Menurut Seli, pada dasarnya pendidik sekaligus pencetak generasi penerus suatu bangsa itu adalah kaum perempuan.
Seli menunjukkan, dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) versi terbaru dari KPU, jumlah pemilih perempuan lebih banyak daripada laki-laki, sehingga suara perempuan sudah seharusnya sama dihargai seperti laki-laki. Selama ini lebih banyaknya jumlah pemilih perempuan belum menghasilkan kebijakan maupun praktik politik dari politisi yang menunjukkan keberpihakannya pada perempuan. “Ini yang harus terus kita dorong, sehingga peran kita pada dasarnya tidak hanya berhenti pada proses nyoblos saja”, tegas Seli.
Sebelum menutup materinya, Seli juga memberikan pesan kepada para peserta untuk selalu memperjuangkan hak-hak mereka sebagai perempuan termasuk hak pilih dalam Pemilu dan hak untuk mendapat pendidikan serta pekerjaan yang layak tanpa harus melupakan tugas mulia sebagai ibu rumah tangga. Hak itu juga berlaku dalam menentukan pilihan dalam Pemilu secara berdaulat. “Jadi, ibu-ibu sekarang kalau njenengan mau milih siapa di Pemilu nanti tidak harus ikut-ikutan suami atau bapak-bapaknya nggih, bu. Soalnya njenengan berhak untuk menentukan pilihan sendiri”, begitu pesan Seli Muna Andriani pada penghujung materinya. [RDT]