PROFIL GRUP FB CAH NGGALEK BEBAS BANNED, GRUP MEDSOS YANG HADIRI REMBUG KOMUNITAS BERSAMA KPU TRENGGALEK
Di antara grup medsos yang hadir pada acara “Sosialisasi Berbasis Komunitas” yang diadakan KPU Kabupaten Trenggalek di Kafe Kamboja pada hari Selasa (19/12/2017) lalu salah satunya adalah Grup FB Cah Nggalek (Bebas Banned). Sebuah grup facebook yang memiliki anggota FB sekitar 26 ribuan.
Menurut Edi Faraswanto, admin grup yang hadir bersama beberapa anggota lain grup ini, grup ini lebih banyak menjadi ruang diskusi dan pertukaran informasi yang tampaknya tak semua orang tertarik, mengingat tema diskusinya yang berat seputar politik, negara, dan bahkan masalah agama. “Tak jarang pula ada kritik terhadap kebijakan-kebijakan, seperti tentang pungutan liar sekolah”, papar Edi atau yang terkenal dengan panggilan Inos.
Pemuda ini memang pertama kali memakai nama akun Inos, lalu sekarang pakai nama akun Edi Faraswanto. Dia tergolong sangat aktif share pemikiran dan opininya di grup CNBB. Menurut Edi, CNBB bukan grup kopdar, tetapi para membernya amat menikmati diskusi politik dengan tingkat perdebatan yang seru dan tak jarang keluar pemikiran kontroversial. Meski demikian, kata Edi, kegiatan kopdar dadakan antara beberapa anggota sering dilakukan, meskipun tanpa mengklaim sebagai kegiatan kopdar grup. “Biasanya isu-isu yang berkembang di grup, menjadi bahan pembicaraan saat ngopi”.
Faktor yang membuat grup ini jarang kopdar adalah karena para admin dan anggota aktifnya punya aktivitas di dunia nyata masing-masing. “Dan tampaknya mereka melakukan interaksi di facebook di sela-sela kesibukannya masing-masing”, papar Edi.
Pemuda yang hari-harinya bekerja sebagai perawat Taman Kota (Green Park) Trenggalek ini mengaku menemukan pencerahan dari grup CNBB dan akhirnya banyak mendapatkan kenalan-kenalan baru yang bisa menambah pengetahuannya. Bahkan ia akhirnya juga ikut teribat sebagai panitia Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2018 ini sebagai Panitia Pemungutan Suara (PPS) di Desa Pogalan. “Saya melihat lowongan rekrutmen panitia ya dari grup, lalu saya mengikuti seleksi dan lolos”, paparnya.
Edi mengaku bahwa selama ini ia ingin grup FB-nya juga menjadi kekuatan nyata melalui kopdar-kopdar dengan membahas tema-tema untuk mengontrol kebijakan publik. Tapi tampaknya, menurut Edi, grup ini memang masih lebih konsen ke diskusi via FB di grup. “Mungkin karena di grup FB lah, pikiran-pikiran berani dan liar bisa disalurkan daripada ketemu langsung... Hahaha”, komentarnya sambil tertawa. [Meris]