PAK “TIWUL” ALIAS ARSDYAN T-WOOL, SOSOK NYENTRIK RELAWAN DEMOKRASI TRENGGALEK
TRENGGALEK, 15/01/2019— Di antara 55 orang Relawan Demokrasi yang dibentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Trenggalek yang telah ditetapkan kemarin, ada salah satu sosok manusia yang unik dan nyentrik. Dialah relawan yang punya nama lengkap Ardyansyah Anamta Firdauzie atau yang sering dipanggil Ardyan T-Wool.
Dikatakan nyentrik karena sosok ini kemana-mana sealu naik motor Vespanya yang penuh dengan lukisannya sendiri, serta kostum model Jawa yang selalu dipakainya. Selain itu, kemana-mana ia juga selalu “menyangklong” tas buatannya sendiri yang terbuat dari anyaman bambu dan dilukis dengan cat yang menggunakan medua tusuk gigi.
Ardyan tentunya adalah seorang seniman yang sudah dikenal karena ia melukis dengan menggunakan media berupa Tusuk gigi. Alat yang biasanya di gunakan membersihkan makanan di sela-sela gigi itu di tangannya menjadi media kreasi. Sosok berambut panjang yang agak memutih ini juga sering diundang oleh banyak lembaga baik komunitas maupun dinas untuk menjadi narasumber kegiatan yang berbasis ekonomi kreatif, bukan hanya di Trenggalek, tapi juga Tulungagung dan beberapa kota lainnya.
Di rumahnya di Desa Panggungsari RT 3 RW 1, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Arsdyansyah Anamta Firdauzie menyulap tusuk gigi dan beragam bahan bekas menjadi bahan seni yang sedikit 'aneh' namun berharga mahal.
Sedangkan Vespa miliknya juga sering menjadi perhatian banyak orang, Bahkan tak selalu saja ada orang yang ingin berfoto dengan Vespa unik dan warna-warni itu. Di bagian belakang kendaraan itu sebuah box, berupa kerajinan anyaman dari bambu berupa tampah yang biasa digunakan penjual kue berjualan keliling, sebagai box dan tempat menaruh ban cadangan.
Pak “Tiwul” (T-Wool) ini mendaftar menjadi Relawan Demokrasi dengan motivasi untuk berperan sebagai warga negara yang baik, yaitu membantu KPU untuk menyukseskan pemilu 2019. Melalui esai yang disertakan dalam berkas pendaftaran, ia menyatakan bahwa salah satu cara untuk memberi pembelajaran demokrasi kepada warga negara adalah dengan melakukan pendekatan persuasif.
Ia ingin bergabung degan Relawan Demokrasi karena melalui kegiatan ini ia ingin berdiskusi dengan masyarakat. “Diskusi dengan pendekatan person to person biasanya lebih diterima, karena perbincangan yang terjadi adalah dengan format menyesuaikan dan mengikuti pola pikir SDM yang bersangkutan”, tulisnya.