MENELISIK RUTE PANJANG GERAK JALAN OLEH KPU TRENGGALEK

Hari yang ditunggupun datang. Setelah hanya latihan sehari saja, barisan Gerak Jalan KPU Kabupaten Trenggalek akhirnya benar-benar berpartisipasi dalam Lomba Gerak Jalan dalam rangka memperingati HUT RI ke-71 di Tingkat Umum di Kabupaten Trenggalek.

Rutenya ternyata panjang juga, lumayan melelahkan, tapi yang penting bisa berpartisipasi”, kata Wiratno sekretaris KPU Kabupaten Trenggalek yang juga berperan sebagai Komandan Pleton (Danton) barisan KPU Trenggalek. Sebagian peserta juga kaget, ternyata melelahkan. “Rasanya di telapak kaki kayak mau patah”, kata Priyo Cahyono salah seorang staf.

Untuk menyikapi anggota barisan yang capek dan tak kuat di tengah jalan, memang ada dua orang anggota cadangan dalam  barisan gerak jalan ini. Hal itu salah satu cara agar barisan bisa terus bertahan mulai start hingga finish. Anggota cadangan juga berfungsi sebagai pembawa air minum dan petugas foto dan dokumentasi.

Barisan diberangkatkan di depan Pendopo Kabupaten Trenggalek oleh Bupati Emil Elestianto. Adapun rute 17 kilometer ini sebenarnya hanya disekitaran kota. Tapi memang melewati 4 kelurahan: Kelurahan Sumbergedong, Surodakan, Tamanan, dan Ngantru. Ada beberapa ruas jalan yang dilewati dua kali.

Setelah mulai start, dari alun-alun Trenggalek menuju ke arah  selatan, lewat Jalan Panglima Sudirman dan jalan Sukarno-Hatta. Setelah  melewati lampu merah Pasar Pon, barisan terus ke selatan, hingga pertigaan sebelum SMAN 1 Trenggalek, belok ke kanan. Di sana melewati RSUD Soedomo Trenggalek. Tepat depan rumah sakit itu ada pertigaan ke utara (ke kanan). Setelah itu melewati Balai Kelurahan Tamanan Tamanan. Setelah itu di pertigaan Jagalan, barisan belok ke kanan, melewati area pusat jajanan Trenggalek.

Pusat jajanan itu berujung pada perempatan lampu merah. Barisan mengambil jalur ke Kiri. Artinya lewat Jalan Basuki Rahmat. Di jalan ini ada beberapa kantor pemerintahan, dan di kanan kiri jalan juga banyak warung yang terkenal lezat. Dinas Pertanian dan Kehutanan ada di kanan Jalan. Setelah lewat depan dinas itu, kemudian barisan akan melewati perempatan, kalau ke kanan sebenarnya sedikit saja akan ke alun-alun. Tapi jalur yang harus ditempuh adalah lurus. Maka setelah itu akan lewat Jalan Patimura. Di Jalan ini kiri jalan ada Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Trenggalek. Setelah BLK jalur yang harus ditempuh adalah belok kanan di pertigaan.

Setelah belok, langsung mendekati pertigaan lampu merah Perempatan Nirwana. Dari Perempatan lampu merah ini, sebenarnya kalau mau belok kanan maka alun-alun dan pendopo amat dekat, termasuk di situlah letaknya finish dan start sebelumnya. Tapi barisan  harus menembus mengambil jalur lurus. Itu berarti menempuh Jl. Jaksa Agung Suprapto. Di jalan ini ada beberapa gedung sekolah di kanan jalan. Sebelum perempatan ada juga masjid yang cukup terkenal, masjid Al Askar. Timur masjid itu sebenarnya ada perempatan yang kalau  belok kanan (ke selatan), jalur ke alun-alun lebih dekat.

Tapi, sekali lagi, barisan gerak jalan tidak belok.  Tapi harus terus lurus, melewati Jl. Abdul Rahman Saleh, di mana di jalan ini ada Kantor Pajak yang terletak di kana jalan (bangunan No 8 di jalan Abdul Rahman Saleh). Hingga ada lampu merah (pertigaan). Kalau lurus adalah ke arah jalur bus kota dari terminal ke jurusan Tulungagung. Dan barisan tidak lurus, tapi belok kanan.

Memang, setelah belok kanan dari pertigaan itu, tidak jauh dari situ ada terminal kota Trenggalek yang terletak tepat di selatan Pasar Burung. Itu adalah Jl. Ki Mangun Sarkoro. Lewat depan termial berarti berjalan ke arah selatan. Itu adalah jalan besar karena adalah jalur bus kota antar kabupaten. Di kiri jalan ada beberapa kantor, seperti Kantor PLN, Kantor Samsat. Sedangkan sebelah kanan jalan besar ini adalah rumah dan toko-toko dan ada ruas ruas jalan masuk ke perumahan.

Berikutnya adalah pertigaan lampu merah. Kalau belok kanan akan  ke arah pasar Pon, pasar terbesar di Trenggalek yang sebelumnya akan melewati beberapa kantor pemerintahan dan  instansi negara seperti Dinas Pendidikan, Pengadilan Negeri, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Tapi jalur yang harus ditempuh, lagi-lagi harus lurus. Jalur lurus setelah pertigaan lampu merah ini dikenal dengan “Dalan Anyar” oleh masyarakat kota Trenggalek. Nama jalannya adalah Jalan Brigjen Soetran, nama seorang Bupati Trenggalek di era-era awal pemerintahan presiden Soeharto.

Jalan ini memang masih lebar. Kiri jalan sawah, setelah SMKN 1 Trenggalek. Sementara sebelah kanan awalnya melewati Lapangan Sepakbola, lalu Taman Kota (Green Park) Trenggalek, lalu ada kantor-kantor pemerintahan seperti Badan Pertanahan Nasional, Badan Pusat Statistik, Dinas Transmigrasi, Sosial, dan Tenaga Kerja (Transosnaker),  Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, dan kemudian Kantor Penyuluh Pertanian. Setelah itu jalan Sutrans ini membelok ke kanan.

Setelah belok ini namanya masih jalan Brigjen Sutrans. Di jalan ini barisan akan melewati kantor POLRES Trenggalek dan Gedung Golkar di sebelah kiri. Sementara sebelah kanan jalannya ada rumah pribadi, perumahan, kafe, warung, dan berujung pada Hotel Widowati. Jadi, Hotel Widowati adalah berada di peretigaan lampu merah. Dari sini rute mengambil jalur belok kanan. Itu adalah  Jalan Sukarno-Hatta. Jalan ini sebagian adalah jalan yang tadinya sudah dilewati, setelah pertigaan.

Jalur lurus notok jalan lurus ini (ke utara) sebeanarnya adalah alun-alun. Tapi ternyata 500 Meter sebelum alun-alun, barusan harus belok kanan di perempatan Pasar Pon. Berarti ke arah timur yang melewati depan Dinas Pendidikan dan kantor Pengadilan yang sebelumnya disebutkan. Timur Dinas Pendidikan ada SMPN 5 Trenggalek yang letaknya di samping pertigaan (kanan atau selatan pertigaan). Di pertigan ini barisan mengambil jalur ke kiri (utara). 700-an meter akan sampai di perempatan Mbah Kuwot.

Perempatan Mbah Kuwot merujuk pada nama warung kopo Mbah Kuwot yang letaknya dipojok selatan-barat perempatan. Itu adalah warung Kopi yang amat terkenal karena suasana warungnya masih tradisional. Dari sini belok kiri (ke barat). Kira-kira 900-an meter (setelah lewat kantor Koramil Kota Trenggalek), akan ada pertigaan. Pertigaan ini hanya tak sampai 500 meter selatannya alun-alun. Maka dari sinilah barisan belok kanan yang kemudian sudah kelihatan di depan mata alun-alun.

Sampai di sini anggota barisan bernafas lega. “Alhamdulillah, sudah hampir sampai”, bisik Kormen salah satu staf yang jadi asisten Danton. Dari sini, karena setelah belok kanan di jalan selatan alun-alun artinya hampir finish, maka Danton memerintahkan untuk langkah tegap. Beberapa langkah tegap diambil, langsung belok kiri. Artinya di sisi timur alun-alun, jalan depan pendopo. Di depan pendapa itulah finish dilakukan, setelah memberi hormat pada orang-orang yang duduk di kursi di atas trotoar yang menempel pada halaman pendapa Trenggalek.

“Finish!”, teriak Danton setelah membubarkan barisan. Para anggota barisan langsung bubar dan mengambil tempat duduk di trotoar. Ada yang langsung mengambil minum. Ada yang mengipas-ngipaskan bajunya untuk mengurangi keringat yang ada ditubuhnya. Hampir semua sepakat bahwa itu rute yang melelahkan. “Jan sikil koyo ceklek” (kaki rasanya mau patah), kata Herman Suhargo subag Hukum KPU Trenggalek.

“Rute ini memang harus ditempuh. Heroik sekali. Meskipun tak sejauh rute long march Panglima Sudirman dari Yogya lewat Trenggalek ke timur”, kata  Ketua KPU kabupaten Trenggalek Suripto. [Hupmas]

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 162 Kali.