MASUKI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR, KPU TRENGGALEK  KENALKAN DEMOKRASI DAN KEPEMILUAN KE SISWA SMAN 1 PULE

TRENGGALEK— Lewat kurikulum Merdeka Belajar, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Trenggalek diundang oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pule. KPU Kabupaten Trenggalek diundang untuk mengisi tajuk “Suara Demokrasi” dengan menyampaikan pengetahuan tentang Pemilu pada para pejalar. Acara digelar pada hari Kamis, tanggal 25 Agustus 2022 pukul 07.30 WIB sampai selesai.

Menurut salah seorang guru pembina, Slamet Hariyadi, anak-anak diminta untuk menyerap informasi tentang Pemilu dari narasumber KPU kabupaten Trenggalek dan membuat catatan dari informasi yang diterima. Lalu mereka akan mempraktikannya dalam acara Pemilihan Ketua OSIS yang akan digelar awal September 2022. “Jadi, anak-anak menyerap teori dan pengetahuan dar KPU, kemudian mereka melakukan praktik dan melaporkannya”, kata Slamet.

Nurani selaku komisioner Divisi Sosialisasi-Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia (SDM) KPU Kabupaten Trenggalek yang menjadi narasumber memanfaatkan kegiatan tersebut untuk menyebarkan informasi dan melakukan penyadaran politik di kalangan anak-anak muda yang masih belia itu. Bertempat di tengah lapangan upacara dihadapan dua ratusan pelajar, ia menyampaikan materi tentang Pemilu. Dengan diselipi  dengan “ice breaking”, permainan, dan pembagian doorprice, ia menyampaikan tahapan, teknis dan sistem Pemilu, mengajak mencegah politik uang.

Nurani juga tak lupa untuk mengajak paea pelaja agar menghindari sikap tidak suka politik dan Pemilu. Ia mengingatkan bahwa Politik itu dalam sejarah Indonesia isinya adalah anak-anak muda. Ia mencontohkan sosok Sema’un yang di usia 19 tahun jadi pimpinan organisasi besar Sarekat islam cabang semarang, sebagai sosok progresif yang menggunakan politik untuk perjuangan menentang penindasan penjajah. “Coba, kita di usia 19 tahun kita angapain? Galau? Sedangkan Semaun  hari-harinya berorganisasi,  membaca menulis, dan bergerak dengan perjuangan politik”, teriak Nurani dengan berapi-api.

Nurani juga mencontohkan Sukarno yang di usia 42 tahun jadi presiden. Sutan Syahrir yang pada usia 37 tahun jadi kepala pemerintahan (perdana Menteri). Wahid Hasyim yang pada usia 31 tahun jadi Menteri. Sipriyadi yang jadi Menteri (keamanan rakyat). “Jadi, yang benar sebagaimana terjadi dalam sejarah negara kita dulu, anak-anak muda dan belia itulah yang justru mengisi dunia politik. Jadi kalian ini tak boleh tak suka pada politik, ubahlah politik agar menjadi muda!”, pesan Nurani.

Bukan hanya bicara sendiri di hadapan para peserta, Nurani juga melontarkan beberapa pertanyaan. Bagi peserta yang menjawab dengan baik, ia langsung memberikan doorproce berupa buku karya penulis Trenggalek. Di sesi tanya jawab, seorang  bertanya tentang bagaimana mencegah politik uang. Acara berakhir sekitar pukul 10.30 WIB. [UTS]

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 188 Kali.