INGIN DAPAT INFO PEMILU 2019, SERATUS LEBIH ANGGOTA KARANGTARUNA “WADAK SEMPAL” DESA DONGKO HADIRI SOSIALISASI KPU TRENGGALEK

TRENGGALEK, 21/01/2019—  Hujan deras mengguyur bumi Turonggo Yakso Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek sehabis magrib pada hari Senin, 21 Januari 2019. Tim sosialisasi KPU Kabupaten Trenggalek yang dikomandoi langsung oleh Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM (Sosdiklih-Parmas & SDM) KPU Kabupaten Trenggalek, Nurani, masih berada di rumah Dharmaji, seorang pegawai KPU Kabupaten Trenggalek yang tinggal di Dusun Blimbing Kecamatan Dongko—yang ditempuh sekitar 1,5 jam dari kantor KPU Kabupaten Trenggalek.

Rumah Dharmaji menjadi transit tim sosialisasi karena acara sosialisasi bersama Karangtaruna Wadak Sempal Dusun Blimbing Desa Dongko itu akan dimulai sehabis isyak. Sementara tim sosialisasi KPU Trenggalek sejak siang hari sudah berada di Dongko, karena mulai pukul 13.00 hingga pukul 16.00 juga ada acara sosialisasi di Desa Cakul, sebuah desa di kecamatan yang sama. Jika tim sosialisasi pulang dulu ke kantor KPU Trenggalek, maka akan memakan waktu dan tenaga yang menghambat kegiatan selanjutnya.

Jadi hari itu ada dua kegiatan sosialisasi di Kecamatan yang sama. Hujan yang mengguyur Dongko ternyata tidak benar-benar berhenti hingga pukul 19.00. Hanya tak lagi lebat. Setelah ada kabar bahwa seratus lebih pemuda sudah berkumpul di sebuah ruangan luas yang mirip lapangan Futsal,  maka tim sosialisasi dari KPU Kabupaten Trenggalek langsung meluncur ke tempat yang hanya sekitar 100 meter dari rumah Dharmaji itu.

Ternyata benar, acara harus segera dimulai. Dimulai dengan sambutan Ketua Dusun setempat dan Ketua Karangtaruna “Wadak Sempal”, Nurani dari KPU Kabupaten Trenggalek langsung diberikan kesempatan untuk memegang mikropon. “Sampai jam berapa ini nanti?”, tanyanya pada pembawa acara.

“Sampai sepuasnya... Hahaha, monggo terserah sampean”, jawab pemuda berkopyah itu. Maka acara sosialisasipun dimulai. Dengan memanfaatkan labtop dan LCD yang sudah disiapkan panitia, Nurani memaparkan serangkaian tayangan yang dimulai dengan dasar hukum pelaksanaan Pemilu serentak 2019, hingga menayangkan spesimen surat-suara yang juga dilanjutkan dengan mengajak memahami cara mencoblos yang benar.

Meski di tengah paparan hujan kembali turun demikian lebatnya, yang membuat suara keras air yang bertubrukan dengan atap galvalum, acara tetap berjalan dengan serius. Tampaknya paparan panjang tentang teknis pemilu diselingi dengan ajakan agar kaum muda desa meningkatkan partisipasi itu cukup menambah wawasan hadirin.

Di sesi tanya jawab ada empat pertanyaan yang muncul. Yang paling menarik adalah pertanyaan dari seorang pemuda yang memperkenalkan diri sebagai orang yang mewakili “kaum sandal Jepit”. Ia memang memakai sandal Jepit. Pertanyaan yang dilontarkan terkait fakta kenapa calon anggota Dewan Perwakilan Daerah tidak dikenal dan tidak memperkenalkan diri. “Sebenarnya fungsi DPD itu untuk apa dan apa pentingnya bagi kita, kenapa tidak cukup partai saja?”, tanya pemuda “sandal Jepit” yang tampaknya adalah manta aktivis itu.

Tepuk tangan meriah diberikan setelah pemuda itu selesar bertanya dan menutup ucapannya dengan salam. Nurani menjelaskan dengan nada santai. Ia  mengatakan bahwa semua ketentuan yang ada dalam pelaksanaan Pemilu 2019 pada dasarnya sudah diatur Undang-undang dan KPU hanya melaksanakannya saja. “Jadi, kalau kita bertanya hal ini seharusnya ditanyakan pada yang membuat undang-undang”, imbuhnya.

Lalu Nurani memaparkan tentang kewenangan-kewenangan antara DPD dan DPR yang berbeda dan fungsi keterwakilannya yang memang tidak bisa dianggap tidak penting juga. Kemudian ia mencoba menjelaskan kenapa calon DPD cennderung minim atau nihil kampanye dibanding  calon dari partai. Ia menambahkan bahwa sebenarnya banyak juga calon dari partai yang tidak kampanye. “Mungkin karena mereka menganggap bahwa kampaye itu butuh biaya, bahkan kita sudah memfasilitasi alat peraga kampanye saja sampai saat ini banyak yang belum dipasang, dan bahkan yang punya DPD juga sebagian belum diambil”, papar pria botak yang mengenakan kopyah itu.

Hingga acara sosialisasi berakhir, ternyata hujan juga belum reda. Obrolan di luar forum resmi terjadi sebentar. Hingga sekitar pukul 22.30 tim sosialisasi dari KPU yang terdiri dari Nurani, Meris,  Yosa, Wulan, Yunike, dan Dharmaji minta ijin untuk meninggalkan tempat. Malam itu terpaksa tim sosialisasi nekad menembus hujan untuk meluncur ke kantor KPU Kabupaten Trenggalek dari Desa Dongko yang berjarak sekitar 45 Km dari kota. [Meris]

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 30 Kali.