ANGGOTA KPU TRENGGALEK DIVISI SDM DAN PARMAS JADI PEMBICARA BEDAH BUKU “MENDIDIK PEMENANG BUKAN PECUNDANG”

Minggu, 04 September 2016. Nurani anggota KPU Kabupaten Trenggalek Divisi SDM dan Parmas menjadi salah satu pembicara dalam acara  bedah buku bertema pendidikan. Acara yang diikuti 200-an orang yang terdiri dari praktisi pendidikan, mahasiswa, aktivis literasi, pelajar dan umum ini dimulai pukul 08.30 dan berakhir ada sekitar pukul 12.00.

Acara tersebut digelar oleh komunitas literasi bernama Quantum Litera Center (QLC) yang selama ini juga sering menjadi mitra KPU Kabupaten Trenggalek dalam beberapa acara. Dalam hal ini, Nurani didapuk untuk mengulas buku berjudul “Mendidik Pemenang Bukan Pecundang” yang ditulis oleh J Sumardianta atau yang dikenal dengan nama Pak Guru Sumar, dari Yogyakarta. Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Bentang Yogyakarta tahun 2016.

Selain Nurani dari KPU Kabupaten Trenggalek dan penulis buku, pembicara lainnya adalah Saiful Mustofa dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.

Para peserta yang mayoritas adalah para guru (praktisi pendidikan) sangat semangat mengikuti jalannya acara karena penulis yang hadir kali ini adalah salah satu instruktur Kurikulum 13, yang namanya sudah dikenal luas karena karya-karyanya. Termasuk sudah beberapa kali diundang di acara TV seperti acara Kick Andy, Rumah Perubahan Renal Khasali di TVRI, dll.

Menurut nurani dalam ulasannya, buku “Mendidik Pemenang” bukan hanya mengulas tentang dunia sekolah, tapi adalah tentang bagaimana mempersiapkan generasi yang tangguh di era yang berubah secara tepat. Buku tersebut menawarkan pendidikan nilai yang harus dipegang oleh guru maupun semua stake holder di bidang pendidikan dan pengembangan generasi. “Ada gap yang harus diatasi antara guru-guru yang lahir dari era jaman lama, dengan murid era kini yang hidup di era Gadget.. Dan buku ini berposisi memberikan masukan agar para pendidik harus mampu mengatasi gap itu”, kata Nurani.

Nurani tak ketinggalan untuk berbicara tentang pendidikan politik yang berbasis pada pengembangan nilai-nilai kebenaran. Ia mengulas salah satu sub-bab buku yang bertema “orang yang kasmaran belajar”. Nurani mengajak menganalisa apa saja yang membuat orang malas belajar, salah satunya  kana tak percaya pada kebenaran sebab nilai-nilai kebenaran  terjungkal. Dicontohkan pada kasus pemilihan. “Orang banyak tak mau memilih  calon jika tak dikasih uang, karena mereka tak percaya pada kebenaran pada calon yang ada. Karena mereka tak percaya  bahwa calon yang nantinya terpilih akan memperjuangkan mereka. Mereka sering dikhianati. Jadi orang melakukan sesuatu bukan karena hati nurani. Ini karena orang tak percaya pada nilai-nilai. Di sinilah pentingnya pendidikan nilai”, papar pria yang juga menulis banyak buku itu.  [Hupmas]

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 42 Kali.